Tuesday, February 10, 2009

Nafsu Manusia

Setiap manusia yang Hidup di alam ini tentu memiliki Rasa, dimana ada hidup tentu ada Rasa, ada Rasa tentu ada Hidup. Hakikat Rasa adalah utusan Hidup. Jirim dan Jisim manusia adalah tempat Rasa. Hidup dengan Rasa, kaya akan Rasa. Pada hakikatnya manusia lahir ke dunia ini karena ada Rasa, yang tak lain dari Rasa Ibu dan Bapak kita, setelah sah menjadi suami istri, sejak sah melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri, dimana dua rasa bergulung menjadi satu. Didalam rahim sperma tumbuh menjadi segumpal darah, lalu menjadi janin dan ada hidup setelah 120 hari, Allah SWT mengutus Ruhul Qudus kedalamnya. Ketika bayi lahir ke alam dunia Ruhul Qudus atau ‘Hidup Suci’ itu kontak dengan hawa-hawa dunia yang mengadung unsur-unsur Air, Angin, Api, dan Tanah, timbullah Nafas yaitu sifatnya Nyawa.

Saat pertama kali bayi mengecap air susu ibunya, maka Rasa Sejatinya atau Rasa Azali nya kontak dengan saripati-saripati makanan yang terkumpul dalam ASI, yang asal kejadiannya pun dari empat unsur-unsur alam dunia tadi, sebab jika Ibunya tidak memakan makanan yang ada di alam ini, tidaklah mungkin akan ada air susunya. ASI yang dihisap bayi terus mendorongnya menjadikan sebuah keinginan (nafsu), maka dari situ mulai tumbuhlah Nafsu, yaitu pada saat kontaknya Rasa Sejati dengan Air Susu Ibu, betapa si bayi merasakan manisnya rasa susu yang membuatnya semakin lama semakin ketagihan, telat diberi ASI pun menangislah sang bayi,hawa dari makanan dan minuman terus mendorong bayi tumbuh membesar dan memproduksi Darah, inilah yang disebut Roh Jasmani.

Buktinya jika darah mannusia beku maka berhenti pula Nafas dan Nafsu-nya, sedangkan Hidup Suci yang di utus Allah SWT tadi sewaktu azali, akan tetaplah Hidup, karena asal dari Sang Maha Hidup. Bayi semakin hari semakin tumbuh besar, semakin kuat pula keinginannya, maka semakin tebal pula nafsu-nafsu menghijabnya hingga lupa kepada hidup-nya yang azali. Alangkah arifnya bila kita manusia mau mengenal ke asal-usul kejadian dirinya, karena ini semacam barometer untuk mengenali jalan pulang ke kampung asalnya yaitu ke Sagara Hayat, kepada Sang Maha Hidup, Allah SWT. Berusahalah agar menjadi arif, jika kita telaah Rukun Islam yang kelima yaitu Naik Haji ke Baitullah, bila dipikir dibolak balik, dikaji dan ditelaah dengan seksama, maka itu mirip sebuah ibarat, illustrasi perjalanan manusia ke Pusat Diri, salah satu rukun haji yaitu melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah yang gerakannya melingkar yang berlawanan dengan arah jarum jam, mengandung makna menyingkapkan kembali hijab-hijab diri dari nafsu-nafsu yang terlanjur membalut raga, agar bisa menemukan kembali Hidup Suci, bisa “Mulih ka Jati Mulang ka Asal”, menepati dalil Qur’an Suci - Innalilahi wa inna illaihi Rojiun...

"Sesungguhnya kita (manusia) berasal dari Allah dan Sesungguhnya kita (manusia) akan kembali kepada Allah jua"

Benarkah kita merasa asal dari Allah SWT ? Jika pengakuan kita seperti itu, maka WAJIB kita kembali itu kepada Allah SWT.

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright 2012 RasaDzaati
Alwinz