Wednesday, April 08, 2009

The Mirrors

Bila Tuhan ingin mengamati DiriNya sendiri, Dia menginginkan cermin-cermin terang benderang dari satu sisi dan sisi gelap dari sisi lain. Tubuh-tubuh manusia berisi Qalb yang terang benderang pada satu sisi dan gelap pada sisi yang lain. Dia menyatakan diriNya pada sisi yang terang benderang. Bertambah terang benderang Qalb itu bertambah jelas ia me-refleksi kan Tuhan.

Keserbaragaman adalah didalam Qalb dan bukan dalam pengamat, karena itu Roh adalah refleksi daripada Tuhan, hanyalah satu Refleksi bukan Hulul atau Inkarnasi.
Keterang benderangan cermin me-refleksi-kan wajah dari pengamat, cermin Qalb ditutupi oleh kegelapan pada satu sisi, yang dinamakan kebendaan. Dalam hal ini pandangan si pengamat dilemparkan kembali kepadanya, maka refleksi itu hanyalah nama, untuk ini yang sebenarnya tidak ada. Yang kelihatan adalah wajah si pengamat.

Keserbaragaman wajah adalah wajah si pengamat, keserbaragaman adalah karena jumlah cermin, sedangkan wajah itu hanya satu, tak ada keserbaragaman dan satu wajah tanpa keserbaragaman dari cermin dalam berbeda ukuran, bikinan dan warna, dalam hal ini si pengamat membikin suatu kesalahan bahwa satu benda ini sebagai banyak. Dinamakan Ruh atau Amri Rabb dalam Syariat dan Tajali dalam Tasawuf, Tajalli sesungguhnya manifestasi dan memperlihatkan suatu benda kepada dirinya sendiri oleh dirinya sendiri, oleh karenanya bagi pengamatan Nafs ini, Dia membikin cermin-cermin dari DiriNya Sendiri, menamakan sisi mereka yang terang benderang dengan nama Qalb (batin) dan sisi mereka yang gelap dengan nama Qalib (tubuh). Dia memperlihatkan Dirinya Sendiri dalam sisi yang terang benderang

Cermin dan refleksi dan pengamat adalah satu dan realitas sama. Si Pengamat merasa tidak puas dengan nikmat keindahanNya dan akan mencarinya sampai ke batas yang tak ada kesudahannya Cermin tidaklah mengambil bagian dalam pengamatan. Keterangbenderangan dan kegelapan hanyalah alat -alat pengamatan. Sisi yang gelap dari cermin semata-mata hanyalah penebalan dan pengkongkritan dari keterangbenderangannya. Sebaliknya tidak ada kegelapan disitu, seperti air menebal menjadi es. Didalam air pandangan bisa tembus, dalam es hal ini tidak bisa. Tidaklah mungkin ada pengamatan jika hanya ada keterangbenderangan dan direfleksikan oleh kegelapan (karena ermin itu dilapisi). Tuhan tidak bisa melihat dirinya sendiri direfleksikan dalam malaikat-malaikat, yang merupakan tubuh yang terang benderang dan dalam hewan yang ada tubuh-tubuh gelap. Manusia mempunyai sisi yang terang benderang dan sisi yang gelap dan dengan begitu menjadi cermin yang cocok untuk merefleksikan Nya, suatu pembuluh yang cocok untuk mengamankan cahayaNya. Manusia tidak melihat jin dalam dunia ini, sebab mereka mempunyai tubuh dari cahya yang ditembus oleh pandangannya dan jin tidak akan melihat manusia di dunia yag akan datang sebab tubuh nya akan amenjadi lebih transparan (tembus cahaya) daripada jin.

"Dia berada dalam nafs-mu (dirimu), apakah engkau tidak memperhatikan"
(QS : Ad Dzariyat : 21)

"Kami telah mengutus seorang pesuruh dalam nafs-mu"
(QS At Thaubah : 128)

Menunjukkan bahwa ‘ke-aku-an’ daripada seseorang adalah seorang pesuruh.

"Laa yasani ardhi wa laa smaa’i walakin ya sanii qalbii abdul mukmin"
“Aku tidak bisa berada di bumi dan di langit, tapi aku bisa berada di dalam qalbumukmin yang shalih”.

Ruh adalah penjaga-penjaga pintu kerajaaan Illahi, dia membikin dirinya sendiri dan orang-orang lain mencapai Tuhan, oleh karena itu engkau menganggap dirimu sendiri sebagai utusan (khalifah) Tuhan, realitas manusia mempunyai keharusan dan kemungkinan pada masing-masing seginya.

Antara dua jari dari jari-jari Tuhan, berkata hadist dalam hal ini, dan juga QS Bani israil : 70
"Telah kami muliakan anak-anak Adam...."

1 comments:

Barly Sasmita said...

Assalaamu'alaikum...
Salaam cahaya selalu..
http://barlysasmita.blogspot.com...

Post a Comment

 
© Copyright 2012 RasaDzaati
Alwinz