Sunday, June 27, 2010

Buka Dulu Topengmu...

Batang tubuh kita ini tak jauh ibarat sebuah TOPENG pada wajah. Ia memandang tetapi ia buta, karena tidak melihat keadaan yang sebenarnya.

Kita ini sesungguhnya MELIHAT tanpa MELIHAT, karena mata kita terhalang dalam melihat, tetapi bila kita melihat dengan Mata Batin (RASA}, maka badan kita ini seolah menjadi ruhani serta anugerah dari ALLAH SWT.

Topeng ini adalah tirai BAITUL MAQDIS yaitu tirai yang menyembunyikan Tuhan, tetapi Tuhan menyelubungi dirinya tanpa dipaksa.

Engkau hanya memperhatikan TOPENG bukan tubuh penari, gerak gerik serta keselarasan bahasa yang dituturkan. Bila lakon dramatis berbelas kasih maka engkau yang halus perasaannya akan termehek-mehek menangis, terbawa arus kesedihan, sungguh terjadi demikian karena kepiawaian pelakonnya. Banyak orang memperhatikan topengnya bukan penari-nya yang memakai topeng, tetapi sebenarnya dia lah yang penting.

Demikian pula dalam hidup kita ini, yang berlaku jahat disalahkan dan yang berlaku baik di puja puji, tetapi tidak mempersalahkan dan tidak memuji Batin-nya, yang disalahkan dan dipuji adalah badannya. Bila Cacat di cela, bila Rendah hati di puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan dan didorong oleh Dia, akan tetapi Dia tidak nampak, yang nampak hanya batang tubuh ini. Sama seperti topeng yang menutupi wajah penari.

Bila pagelaran usai, topeng dilepaskan dan dipisahkan dari wajah. Tiada daya tiada upaya ia tergeletak, kembali menjadi sepotong kayu biasa, yang tinggal hanyalah sebentuk ukiran raut muka. Topeng selalu disimpan, tidak dipuji maupun di cela lagi karena sudah tak berbicara lagi.
Topeng dan Penari ada tempatnya dalam perumpamaan ini. Dia yang menyembunyikan diri dalam badan manusia sehingga manusia tidak melihatnya dan hanya terserap oleh badan yang hanya berfungsi sebagai Topeng. Sehabis pertunjukkan Topeng itu disingkirkan oleh Dia, maka :

"Dibelakang Cermin engkau ditempatkan sebagai seekor burung beo, apa yang diucapkan Yang Maha Abadi, itulah yang engkau ulang…"


Peliharalah ucapan dan perkataan yang keluar dari mulutmu, seperti kamu memelihara jenggot. Janganlah panjangnya jubah kesombonganmu, menutupi mata hatimu,karena apabila jubah kesombongan menutup mata hati, maka kakimu akan terseok berjalan tanpa arah tujuan...

Friday, June 25, 2010

@Titik Nol

Wahai Musa...
Kosongklanlah hatimu untuk diisi cintaKu
Karena aku menjadikan hatimu medan cinta-Ku
Aku lapangkan bumi didalam hatimu dari makrifat-Ku
Aku membangun matahari dengan kerinduan-Ku
Aku menyempurnakan bulan dengan kecintaan-Ku
Aku jadikan dihatimu penglihatan dari tafakur
Aku memperdengarkan angin dihatimu dari taufik-Ku
Aku menurunkan hujan dihatimu dari karunia-Ku
Aku menumbuhkan di hatimu pepohonan dari ketaataan-Ku
Aku meletakan gunung dihatimu dari keyakinan-Ku

Dan apakah hati yang kosong itu ? Tidak berisi..! Tidak berisi pengetahuan apapun. Tidak berisi persespi apa pun. Tidak berisi keyakinan apa pun. Tidak berisi bersitan-bersitan imajinasi apa pun. Tidak berisi intelegensia apapun. Kosong, Null mungkinkah?
Bukankah pada hakikatnya pengetahuan manusia bersifat mungkin dan tidaklah mungkin kita memestikan kebenaran pengetahuan kita selama pembenarnya yaitu Indera, persepsi yang masih bersifat mungkin. Bukankah pada hakikatnya seluruh persepsi kita bersifat relatif ?.
Menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang tentu tidak mempunyai landasan kebenaran pada persepsi sebagaimana persepsi itu sendiri ? Apa lagi bersitan-bersitan imajinasi. Bahkan seluruh wujud kita adalah hanya dan bayangan wujud kopulatif, yang mengada secara relatif. Karena hubungan imajinatif satu sama lain, dalam lautan gradasi wujud murni tanpa batas ini? Sehingga semestinya kita sadari bahwa kita secara wujudiyah relatif, subyektif, imajinatif, gelap, bodoh, dhoif, blank, ‘adum dari semua pengetahuan.

Dititik nol.. hati akan berbunga kesturi wangi dengan Cinta kepadaNya
Dan Tuhanlah yang akan menjadi Sang Maha Wangi, Semerbak rancak
Menyala menjadi Cahaya
Dan biji mata, Menjadi satu-satunya yang dikenang dan mengenang
Menjadi satu-satunya yang melihat dan dilihat
Menjadi satu-satunya pengetahuan dan yang diketahui
Menjadi satu-satunya ma’rifat dan yang me ma’rifati
Meletakan gunung keyakinan dari keyakinanNya
Dan adakah yang lebih baik dari itu ?

Maka pada saat itu mungkin hamba itu akan benar-benar menyadari bahwa Allah adalah Cahaya Langit dan Bumi. Dan Allah itu adalah wali bagi orang-orang beriman yang mengeluarkannya dari kegelapan menuju Cahaya.

Tuhanku jika tak kau dahului aku dengan kebaikan taufik-Mu,
maka siapakah yang menghantarkan aku menuju jalan yang terang.

Jadikan kami diantara orang yang Kau kosongkan dirinya untuk diriMu.
Yang kau ikhlaskan untuk memperoleh cinta dan kasihMu.
Yang Kau bersihkan hatinya untuk diisi cintaMu
Yang Kau putuskan dari padanya segala sesuatu yang memutuskan hubungan denganMu.

Monday, June 14, 2010

Anak Rahasia dari Bapaknya

Tuhan adalah yang mengetahui yang ghaib begitu juga syahada (yang nampak). Nama-namaNya. “Yang Awal” dan “Yang Batin” adalah menunjukkan ghaib. Dan yang akhir dan dzohir adalah menunjukkan syahadaa. Dalam hal ini telah termasuk dalam pengetahuanNya, semua tahap-tahap batin, Ahadiyat dan Ulluhiyah dan Rubbubiyah juga tahap-tahap yang lahir, Arwah (dunia roh), itu adalah bahasa Syariat.
Dalam hakikat tahap-tahap itu dinamakan Hadirat Khamsa (lima kehadiran), ghaib kemudian diperlihatkan pula dibawah Ghaibul Ghaib dan Ghaib Ghuyub. Ini ialah enam tahapan dari syariat :

“Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas arsy“

Ini yang membikin syariat tidak membeberkan misteri (yang tersembunyi) kepada umum
“Tuwali ma’a naasa ‘ala qadr uquulihim”
(berbicaralah kepada orang-orang sesuai dengan ukuran akal mereka).
Ini adalah ucapan yang usang...
Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah SAW : “Anta Ahad ?
Beliau menjawab : “Laa ana Ahmadun bi laa mim”, Aku adalah Ahmad tanpa Mim
Yakni “aku adalah benda yang terbatas dan realitasku adalah haq”.

Hakikat itu ditutupi oleh syariat seperti dikatakan :

“Al imaanu uryananun wa libasuun taqwaa”
(kebenaran yang sesungguhnya adalah telanjang dan pakaiannya adalah taqwa)

Para wali dan auliya telah dipilih untuk membeberkan apa-apa yang tersembunyi. Ustadz, mubaligh, kyai kenapa tidak membeberkannya dalam pertemuan-pertemuan ceramah?, seolah semua tujuan mengendap dalam kegagalan dari keberhasilan, tapi bagaimana mungkin yang ghaib tetap tersembunyi bila pertemuan-pertemuan itu di ikat ?

Jika para wali tak berbuat ini, hal yang tersembunyi dalam Al Qur’an akan tetap tersembunyi. Mereka membukakan rahasia-rahasia yang ditinggalkan tertutup oleh Rasul-rasul. Tutup dari kesturi spiritual dibiarkan tak terjamah oleh jari-jari Rasul-rasul itu telah dibuka dan disiarkan oleh para wali dan auliya.

Dan aku sering melihat sahabat-sahabat meneriakan kata-kata :

Ana aqwal wa ana asma bal fi darrain ghairi
“aku pembicaraan dan aku pendengar, siapa yang lain itu dalam kedua dunia ini ?

“Siapa yang ada dalam jubahku, kecuali Tuhan sendiri “

“Laisa fi-draain ghairi”
(Siapa yang ada di kedua dunia ini selain dari aku sendiri”)

Itu semua adalah rincian daripada ucapan abstrak dari Rasulullah “Ana Ahmadun bi la mim”
Para Wali dan auliya adalah terompet para rasul, mereka mengucapkan apapun yang ada dalam batin dari kata-kata rasul :

“Al waladu sirrun li abihii”
Anak adalah rahasia (yang diucapkan ) dari bapaknya.

 
© Copyright 2012 RasaDzaati
Alwinz